Bercerminlah Dengan Kejelekanmu dan Aibmu Sendiri

Bercerminlah Dengan Kejelekanmu dan Aibmu Sendiri


Indahnya nikmat keimanan. Hati yang semula gelap menjadi terang. Bahaya dan penyakit di sekitar diri yang sebelumnya tertutupi, bisa terlihat jelas. Kian tampak mana yang baik, dan mana yang buruk. Dalam hal apa pun. Termasuk, dalam pergaulan dan persaudaraan.

“Seorang mukmin ialah tempat bercermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.” (Al-Bukhari)

Tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Selalu saja ada kekurangan, yaitu;
- Ada yang bagus dalam rupa, tapi kurang dalam gaya bicara.
- Bagus dalam penguasaan ilmu, tapi tidak mampu menguasai emosi kalau ada singgungan.
- Kuat di satu sisi, tapi rentan di sudut yang lain.

Dari situlah seorang mukmin harus cermat mengukur penilaian terhadap seseorang. Apa kekurangan dan kesalahannya, kenapa bisa begitu, dan seterusnya. Seperti apa pun orang yang sedang dinilai, keadilan tak boleh dilupakan. Walaupun terhadap orang yang tidak disukai. Yakinlah kalau di balik keburukan sifat seorang mukmin, pasti ada kebaikan di sisi yang lain. Tidak boleh untuk pukul rata ; “Ah, orang seperti itu memang tidak pernah baik.”

Allah SWT meminta orang-orang beriman agar senantiasa bersikap adil.

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah; menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” 
(Surah Al-Maidah ayat 8)

Dari timbangan yang adil itulah, penilaian jadi proporsional. Tidak serta-merta mencap bahwa orang itu pasti salah. Mungkin, ada sebab yang membuat ia lalai, lengah, dan kehilangan kendali. Bisa saja, jika pada posisi dan situasi yang sama, kita tidak lebih bagus dari orang yang kita nilai.

Kekurangan Diri Seorang Mukmin Merupakan Ujian Mukmin Yang Lain

Sesama mukmin seperti satu tubuh. Ada keterkaitan yang begitu kuat. Sakit di salah satu bagian tubuh, berarti sakit pula di bagian yang lain. Cela pada diri seorang mukmin, berarti cela pula buat mukmin yang lain.
Setidaknya, ada dua ujian buat seorang mukmin ketika saudaranya tersangkut aib.

- kesabaran untuk menanggung keburukan secara bersama. Siapa lagi yang layak memberi kritik dan arahan kalau bukan saudara sesama mukmin. Karena dialah yang lebih paham seperti apa daya tahan keimanan saudaranya sesama mukmin. Sabar untuk senantiasa menegur, mendekati, dan memberi solusi.

- Kesabaran untuk tidak mengabarkan keburukan saudaranya kepada orang lain. Ini memang sulit. Karena lidah kerap usil. Selalu saja tergelitik untuk menyampaikan isu-isu baru yang menarik. Tapi sayangnya, sesuatu yang menarik buat orang lain kadang buruk buat objek yang dibicarakan. Di situlah ujian seorang mukmin untuk mampu memilih dan memilah. Mana yang perlu dikabarkan, dan mana yang tidak.

Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak akan masuk surga orang yang suka mendengar-dengar berita rahasia orang lain.” (Al-Bukhari)


Tanda Iman Kita Sedang Lemah

Ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan iman sedang lemah. Setidaknya ada beberapa tanda yang dijabarkan dalam tulisan-tulisan ini, yaitu ;

Ketika sedang melakukan apapun yang berbau kejelekan atau dosa
Berhati-hatilah. Karena perbuatan jelek atau dosa jika sering dilakukan akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala pandangan tentang keburukan dosa akan hilang dari penglihatanmu. Akibatnya kamu akan dengan mudahnya berani melakukan perbuatan dosa secara terang-terangan.

Rasulullah SAW berkata,
“Setiap umatku mendapatkan perlindungan afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan.
sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika sesering melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, ‘Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begini,’ padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya.” (Bukhari, 10-486)

Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang si saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.” (Bukhari, hadits no.2295 dan Muslim, hadits no. 86)

Ketika hati terasa begitu keras dan kaku
Ketika hati terasa begitu keras dan kaku - Sampai-sampai menyaksikan orang mati terkujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hatimh. Bahkan, ketika ikut mengangkat si mayat dan menguruknya dengan tanah. Jangan sampai kita masuk ke dalam ayat ini,

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al-Baqarah:74)

Ketika kamu tidak tekun dalam beribadah. Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak menyimak dalam membaca Al-Qur’an. Melamun dalam doa'
Semua dilakukan sebagai rutinitas dan refleksi hafal karena kebiasaan saja. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh.
Rasulullah SAW berkata,
“Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main.”
(Tirmidzi, hadits no.3479)

Ketika kamu terasa malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah,
Bahkan, meremehkannya
Tidak memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika injury time atau waktu shalat sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan, waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum’at dan lebih suka barisan shalat yang paling belakang.
Jika kamu berprinsip datang paling belakangan, pulang paling duluan.

Rasulullah SAW bersabda,
“Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka.” (Abu Daud, hadits 679)
Allah SWT menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik.

"Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.”

Jadi, berhati-hatilah jika kamu merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar panggilan adzan, enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat nafilah lainnya, atau menunda hutang puasa Ramadhan.

Ketika hati tidak merasa lapang
Dada terasa sesak, perangai berubah, merasa sumpek dengan tingkah laku orang di sekitarmu. Suka memperkarakan hal-hal kecil, sepele atau remeh. Rasulullah SAW berkata,
“Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, no.554)

Ketika Anda tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur’an
Tidak bergembira mendengar ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah.
Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala mendengar ayat-ayat perintah.
Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka.
Maka berhati-hatilah, jika kamu merasa bosan dan malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Qur’an. Jangan sampai kamu membuka mushhaf, tapi di saat yang sama melalaikan isinya.

Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.” (Al-Anfal:2)

Ketika gila hormat dan suka publikasi
Gila kedudukan, ngebet tampil sebagai pemimpin tanpa dibarengi kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu suka diagung-agungkan orang.

Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman:18)

“Maukah kalian kuberitahu siapa penghuni neraka?” tanya Rasulullah SAW.
“Ya.” Para sahabat menjawab.
Rasulullah SAW bersabda,
“Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong.” (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits no.5092)

Ketika bakhil dan kikir
Ingatlah perkataan Rasulullah SAW ini, “Sifat kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (Shahihul Jami’, 2678)

Ketika mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat
Allah SWT benci dengan perbuatan seperti itu.
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat.” (Ash-Shaff:2-3)

Apakah kamu lupa dengan definisi iman? Iman itu ialah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten.

Ketika merasa gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan
Kamu yang merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul darimu dalam beberapa hal. Ingat!!!
Rasulullah SAW :
“Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harga, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (Bukhari, hadits no. 71 dan Muslim, hadits no.1352)

Ketika merasa resah dan takut tertimpa musibah atau mendapat problem yang berat dan tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar, kalut,tubuh serasa gemetar, wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari kenyataan
Ketahuilah, imanmu sedang diuji Allah. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji.” (Al-Ankabut:2)

Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya stabil.
“Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya, dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya.” (Muslim)

Ketika Senang Berbantah-bantahan dan Berdebat
Perbuatan seperti itu bisa membuat hati keras dan kaku.
“Tidaklah segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan.” (Shahihul Jami’, no.5633)

Ketika bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia
Orientasimu tak lagi kepada akhirat, tapi pada tahta, harta, dan wanita.

“Dunia itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir.” (Muslim)

Ketika senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang digunakan orang-orang yang tidak mencirikan keimanan ada dalam hatinya
Sehingga, tidak ada kutipan nash atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapanmu.

Bukankah Allah SWT telah berfirman,
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba Ku, 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.” (Al-Israa’:53)

Seperti inilah seharusnya sikap seorang yang beriman.
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata, ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.'” (Al-Qashash:55)

Nabi SAW bersabda,
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (Bukhari dan Muslim)

Ketika berlebih-lebihan dalam masalah makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan
Suka yang berlebihan pada kemewahan yang tidak perlu. Sementara, begitu banyak orang di sekeliling sangat membutuhkan sedikit harta untuk menyambung hidupnya.

Allah SWT telah mengingatkan hal ini,
”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf:31).
Allah SWT menyebut orang-orang yang berlebihan sebagai saudaranya setan. Karena itu Allah memerintahkan kita untuk,
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-Isra’:26)

Rasulullah SAW bersabda,
“Jauhilah hidup mewah, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang hidup mewah.” (Al-Silsilah Al-Shahihah, no.353).

Comments

Popular posts from this blog

Trik dan Tips Bermain BLACK PS2

HIDUP TAPI MATI

MAHALNYA HARGA SEBUAH KEPERCAYAAN