KISAH ABU NAWAS

KISAH ABU NAWAS



     Abu Nawas yang mampu mengatasi berbagai persoalan rumit dengan gaya humor atau bahkan humor politis ternyata juga tidak hanya ada di Baghdad. Kita mengenal Syekh Juha yang hampir sama piawainya dengan Abu Nawas juga Nasaeuddin Hoja sang sufi yang lucu namun cerdas. Kita juga mengenal Kabayan di Jawa Barat yang konyol namun ternyata juga cerdas.

     Ada yang meyakini bahwa dari kesederhanaannya Abu Nawas adalah seorang guru sufi, namun Abu Nawas tetap dekat dengan rakyat biasa bahkan membela yang lemah dan tetindas.

    Begitu banyak cerita lain yang diadopsi menjadi Kisah Abu Nawas, sehingga terkadang cerita tersebut tak masuk akal, bahkan terlalu menyakiti orang timur. Saya berfikir jangan-jangan cerita-cerita Abu Nawas yang sangat aneh itu sengaja diciptakan oleh kaum orientalis untuk menjelekan kaum Muslim. Oleh karena itu membaca cerita Abu Nawas harus kritis dan waspada.

     Akan halnya dengan Nasrudin, tokoh ini tak kalah lucunya dengan Abu Nawas. Di Soviet kisah tentang Nasrudin ini telah di buat film. Di RRC beijing kisah tentang Nasrudin diterbitkan dalam buku cerita rakyat dengan Bahasa Cina dan English.


AKU SUDAH TAHU MAKA AKU TIDAK MAU




     Abu Nawas orang Persia yang di lahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz, meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar Bahasa Arab dan bergaul dengan orang-orang badui padang pasir. Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa arab, adat istiadat dan kegemaran orang arab. Ia juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. Ia sempatpulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya , keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid (Raja Baghdad).

    Mari kita mulai kisah penggelitik hati ini. Bapaknya Abu Nawas bernama Maulana. ia bertugas sebagai penghulu Kerajaan Baghdad. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah tua itu sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.

     Abu Nawas dipanggil ke istana. Ia di perintah Sultan (Raja) untuk mengubur jenazah bapaknya itu sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hsmpir tidak ada ada bedanya dengan Kadi Maulana, baik mengenai tatacara memandikan jenazah sampai mengkafani, mensholati dan mendoa'kannya. Maka Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan bapaknya.

     Namun,,, demi mendengar rencana sang Sultan. Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu menjadi gila.

   Usai upacara pemakaman bapaknya Abu Nawas mengambil sepotong pelapah pisang dan diperlakukan seperti kuda, ia menunggang kuda dari pelapah pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya. Orang yang melihatnya menjadi terheran-heran dibuatnya.

      Pada hari yang lain ia mengajak anak-anak kecil dalam jumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu Abu Nawas mengajak anak-anak itu bermain rebana dan bersuka cita.

    Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas, mereka menganggap Abu Nawas sudah gila karena di tinggal mati oleh bapaknya.

      Pada suatu hari ada beberapa utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang menemui Abu Nawas.

     "Hai Abu Nawas kau di panggil Sultan untuk menghadap ke istana."
    "Buat apa Sultan memanggilku, aku tidak ada keperluan dengannya." jawab Abu Nawas dengan entengnya seperti tanpa beban.
     "Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada Rajamu."
   "Hai wazir, kau jangan banyak bicara/ Cepat ambil kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar." kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pelapah pisang yang di jadikan kuda-kudaan.

     Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas.
     "Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?"kata wazir.
   "Katakan kepada Rajamu, Aku Sudah Tahu Maka Tidak Mau." Kata Abu Nawas.
     "Apa maskdunya Abu Nawas?" tanya wazir dengan rasa penasaran.
     "Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu."sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan di lempa ke arah si wazir dan teman-temannya.

    Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang seperti tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.

     Dengan geram Sultan berkata,"Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas, bawa dia kemari dengan suka rela ataupun paksa."

      Si wazir segera mengajak beberapa prajurit isatana. Dan dengan paksa Abu Nawas di hadirkan di hadapan raja.
    Namun lagi-lagi du depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkahnya ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang Raja.

      "Abu Nawas bersikaplah sopan!"tegur baginda.
      "Ya Baginda, tahukah anda......?"
      "Apa Abu Nawas....?"
      "Baginda.....terasi itu asalnya dari udang!"
      "Kurang ajar kau menghinaku Nawas!"
      "Tidak Baginda! Siapa yang bilang udang berasal dari terasi?"

   Baginda merasa di lecehkan, ina naik pitam dan segera memberi perintah kepada para pengawalnya.
      "Hajar dia! Pukuli dia sebanyak dua puluh lima kali."
    Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering akhirnya lemas tak berdaya dipukuli prajurit yang bertubuh kekar.
      Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketika sampai di pintu gerbang kota, ia di cegat oleh penjaga.

    "Hai Abu Nawas! Tempo hari ketika kau hendak masuk ke kota ini kita telah mengadakan perjanjian. Masak kau lupa pada janjimu?Jika engkau di beri hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu bagian, aku satu bagian. Nah, sekarang mana bagianku ?"

    "Hai penjaga pintu gerbang, apakah kau benar-benar menginginkan hadiah dari Baginda yang diberikan kepadaku ?"

        "Iya, tentu itu, kan sudah merupakan perjanjian kita?"
        "Baik, aku berikan semuanya, bukan hanya satu bagian!"
    "Wah ternyara kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu, kau kan sudah sering menerima hadiah dari Baginda."

    Tanpa banyak bicara Abu Nawas mengambil sebtang kayu yang agak besar lalu penjaga itu dipukuli sebanyak dua puluh lima kali. Tentu saja orang itu menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila.

      Setelah penjaga gerbang kota itu tak sadarkan diri Abu Nawas meninggalkannya begitu saja dan melangkah pulang ke rumahnya.
Sementara itu si penjaga gerbang kota mengadukan nasibnya kepada Sultan Harun Al Rasyid.

     "Ya,,, tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hamba datang kemari mengadukan Abu Nawas yang memukul hamba sebanyak dua puluh lima kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohon keadilan dari tuanku Baginda."

     Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia bertanya."Hai Abu Nawas!Benarkah kau telah memukuli penjaga pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh lima kali pukulan?"

    Berkata Abu Nawas,"Ampun Tuanku, hamba melakukannya karena sudah sepatutnya dia menerima pukulan itu."

    "Apa maksudmu? Coba kau jelaskan sebab musababnya kau memukuli penjaga itu?"tanya Baginda.

       "Tuanku,"Kata Abu Nawas."Hamba dan penjaga gerbang ini telah mengadakan perjanjian bahwa jika hamba diberi hadiah oleh Baginda maka hadiah tersebut di bagi dua. Satu bagian untuknya satu bagian untuk hamba. Nah pagi tadi hamba menerima hadiah dua puluh lima kali pukulan, maka saya berikan juga hadia dua puluh lima pukulan kepadanya."

    "Hai penjaga gerbang, benarkah kau telah mengadakan perjanjian seperti itu dengan Abu Nawas?"tanya Baginda.
   "Benar Tuanku,:jawan penjaga gerbang kota."Tapi,,,,hamba tidak mengira jika Baginda memberikan hadiah pukulan."
     "Hahahahaha.....!Dasar tukang peras, sekarang kena batunya kau!"sahut Baginda."Abu Nawas tidak bersalah, bahakan sekarang aku tahu bahwa penjaga pintu gerbang kota Baghdad adalah seorang yang suka memeras orang!"Kalau kau tidak merubah kelakuan burukmu itu sungguh aku akan memecat dan menghukum kamu!"

        "Ampun Tuanku,"sahut penjaga pintu gerbang kota dengan badannya yang gemetar.
        Abu Nawas berkata,"Tuanku,hamba sudah lelah,sudah mau istirahat tiba-tiba diwajibkan hadir ditempat ini,padahal hamba tidak bersalah.Hamba mohon ganti rugi. Sebab jatah aktu istirahat hamba sudah hilang karena pnggilan Tuanku. Padahal besok hamba harus mencari nafkah untuk keluarga hamba."
        Sejenak Baginda melengak, terkejut atas protes Abu Nawas, namuin tiba-tiba Baginda tertawa terbahak-bahak,"Hahahahaha....jangan kuatir Abu Nawas." Baginda kemudian memerintahkan bendahara kerajaan memberikan sekantong uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pun pulang dengan hati gembira.
      Tetapi sesampainya di rumah Abu Nawas masih bersikap aneh dan bahkan semakin nyentrik seperti orang gila sungguhan.
         Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengadakan tapat dengan para mentrinya.

       "Apa pendapat kalian mengenai Abu nawas yang hendak kuangkat menjadi Kadi?"

      Wazir atau perdana mentri berkata,"Melihat keadaan Abu Nawas yang semakin parah otaknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja menjadi Kadi."

        Mentri mentri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama.
      "Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila karena itu tidak layak menjadi Kadi."

      "Baiklah, kita tunggu sampai dua puluh satu hari,karena bapaknya baru saja meninggal. Jika tidak sembuh-sembuh juga, bolehlah kita mencari Kadi yanf lain saja."
Setelah satu bulan Abu Nawas masih di anggap gila, maka Sultan Harun Al Rasyid mengangkat orang lain menjadi Kadi atau penghulu kerajaan Baghdad. Konon dalam suatu pertemuan besar ada seseorang yang bernama Polan yang sejak lama berambisi menjadi Kadi. Ia mempengaruhi orang-orang disekitar Baginda untuk menyetujui jika ia diangkat menjadi Kadi, maka takala ia mengajukan dirinya menjadi Kadi kepada Baginda, maka dengan mudah Baginda menyetujuinya.

       Begitu mendengar Polan diangkat menjadi Kadi maka Abu Nawas mengucapkan syukur kepada Tuhan."Alkhamdulillah....aku telah terlepas dari balak yang mengerikan.Tapi....sayang sekali kenapa harus Polan yang menjadi Kadi,kenapa tidak yang lain saja."

        Mengapa Abu Nawas bersikap seperti oragn gila? Ceritanya begini:
Pada suatu hari ketika bapaknya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggil Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati bapaknya yang sudah lemah.
Bapaknya berkata,"Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku."

     Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir bapaknya. Ia cium telinga kanan bapaknya ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau busuk.

       "Bagaimana anakku?Sudah kau cium?"
       "Benar Bapak!"
       "Ceritakan dengan sejujurnya bau telingaku ini."
    "Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi....yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?"

      "Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?"
      "Wahai Bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini."

      Berkata Syekh Maulana."Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang satu lagi karena aku tak suka maka tak ku dengar pengaduannya. Inilah resikonya menjadi Kadi (Penghulu). Jika kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hal yang sama, namun jika kau tak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi."

       Nah,,,,,,, itulah sebabnya Abu Nawas berpura-pura menjadi gila. Hanya untuk menghindaran diri agar tidak di angkat menjadi Kadi,seorang Kadi (Penghulu) dalam masa itu kedudukannya seperti Hakim yang memutuskan suatu perkara. Walaupun Abu Nawas tidak menjadi Kadi namun dia sering diajak konsultasi oleh sang Raja untuk memutuskan suatu perkara. Bahkan Abu Nawas kerap kali di paksa datang ke istana hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Baginda Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal,








TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA, JANGAN LUPA UNTUK LIKE DAN SHARE YACH...

Comments

Popular posts from this blog

Trik dan Tips Bermain BLACK PS2

HIDUP TAPI MATI

SMACK DOWN PS2